Kamis, 23 Agustus 2018

PENTINGNYA GURU DALAM ILMU AGAMA, DAN TIDAK CUKUP BELAJAR SECARA OTODIDAK

www.google.com
PENTINGNYA GURU DALAM ILMU AGAMA, DAN TIDAK CUKUP 
BELAJAR SECARA OTODIDAK 

Ilmu agama tidak bisa diperoleh dengan hanya membaca buku atau kitab. Akan tetapi harus talaqqi, belajar secara langsung kepada para ulama yang dipercaya. Hal ini seperti yang menjadi tradisi di dunia pesantren. Al-Hafizh Abu Bakar al-Khathib al-Baghdadi berkata:

لا يؤخذ العلم إلا من أفواه العلماء
Ilmu tidak dapat diperoleh kecuali dari lidah para ulama. 

Sebagian ulama salaf berkata:
الذي يأخذ الحديث من الكتب يسمى صحفيا، والذي يأخذ القرآن من المصحف يسمى مصحفيا ولا يسمى قارئا

Orang yang memperoleh hadits dari buku (tanpa berguru) disebut shahafi (pembuka buku). Orang yang mengambil al-Quran dari mushaf, disebut mushafi (pembuka mushaf), dan tidak disebut qari' (pembaca al-Quran).

Mengapa dalam ilmu agama harus belajar melalui seorang guru, dan tidak cukup secara otodidak? Hal ini didasarkan pada hadits-hadits berikut ini.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يا أيها الناس تعلموا فإنما العلم بالتعلم والفقه بالتفقه

Wahai manusia, belajarlah ilmu. Karena sesungguhnya ilmu hanya diperoleh dengan belajar dan pengetahuan agama hanya diperoleh dengan belajar melalui guru. (Hadits hasan).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

من قال في القرآن برأيه فأصاب فقد أخطأ

Barangsiapa berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya sendiri, lalu pendapat itu benar, maka ia telah benar-benar keliru.

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار

Barangsiapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka. (Hadits shahih).

Hadits-hadits di atas memberikan pengertian keharusan berguru dalam ilmu agama. Bukan dipelajari secara otodidak dari buku dan Google. 

Berdasarkan paparan di atas, orang yang belajar ilmu agama secara otodidak atau belajar kepada kaum orientalis tidak bisa dikatakan sebagai orang yang alim, akan tetapi disebut sebagai bahits, peneliti dan pengkaji. Orang semacam ini tidak boleh menjadi rujukan dalam agama.

                                                                       ~Wallahu a'lam~

Adab sebelum Ilmu

www.google.com
ADAB SEBELUM ILMU

Imam Malik bin Anas berkata : 
Dulu ibuku memakaikanku surban sambil berkata, "Pergilah engkau ke Robi'ah dan belajarlah darinya adab sebelum kau belajar ilmunya."

Imam Abdullah bin Mubarok berkata, "Aku belajar adab 30 thn dan belajar ilmu 20 tahun. Begitulah mereka para ulama dahulu, belajar adab dahulu sebelum ilmu."
Beliau juga berkata, "Adab ialah 1/3 nya ilmu."

Berkata sebagian salaf,  "Kita lebih membutuhkan sedikit adab dari pada ilmu yang banyak."

Berkata Abdullah bin Wahb, "Apa yang kami pelajari dari adabnya Imam Malik lebih banyak dari ilmunya."

Berkata Abdullah bin Mubarok, "Kami lebih membutuhkan sedikit adab dari pada ilmu yang banyak."

Berkata Ibnu Mubarok, "Barang siapa yang menganggap rendah Ulama niscaya akan sirna akheratnya, barang siapa menganggap rendah para Umaro' akan sirna dunianya, dan barang siapa yang menganggap rendah saudaranya sesama muslim akan lenyap harga dirinya."

BERSEDEKAHLAH :)


Sumber: google.com
Sodaqoh itu, membuat harta kita semakin berkah..
Sodaqoh itu, membuat penyakit kita sembuh..
Sodaqoh itu, membuat masalah kita cepat selesai..Sodaqoh itu, membuat padamnya murka Allah..Sodaqoh itu, membuat beban hisab kita kelak menjadi lebih ringan..Sodaqoh itu, membuat iman kita semakin kuat..
Sodaqoh itu, pertanda kita syukur atas nikmat Allah..
Tetapi ingat!!!
Sodaqoh yang diatas hanyalah sodaqoh yang Ikhlas, tersembunyi, santun dan tepat sasaran!!
Nabi bersabda, "Kembalikan amalan sedekah orang tersebut, karena dia sedekan bukan untuk aku tapi hanya supaya digelari dermawan disisi manusia"
Nabi bersabda, "Sedekah yang tersembunyi dapat memadamkan murka Allah."
Allah berfirman, "Jangan kau ikuti sedekahmu dgn kau ungkit2 dan kau sakiti hati org yg kau beri sedekah."
Nabi bersabda, "Orang yang melangkahi sedekah, (yaitu memberikan kepada yang lain sedangkan kerabatnya lebih membutuhkan) seperti orang yang TIDAK bersedekah!!

Sodaqoh itu, membuat hati kita lepas di cinta dunia..
Sodaqoh itu, tanda kedermawanan dan di surga tertulis:
                     "AKU HARAM BUAT ORANG PELIT"

~Semoga menjadi ilmu yg manfaat~

KISAH SEMUT...

Sumber: google.com

Nabi Sulaiman As pernah bertanya pada seekor semut,
"Wahai semut, berapa banyak makanan yang kamu perlukan untuk hidup setahun???".
Maka semut menjawab,
"Wahai Nabi Sulaiman, aku hanya perlukan makanan sebesar sebutir gula untuk hidup selama setahun".
Lalu Nabi Sulaiman As mengurung semut tersebut didalam sebuah botol dan diletakin sebutir gula untuk makanan semut tersebut.
Selepas setahun, Nabi Sulaiman As membuka tudung botol itu dan mendapati hanya separuh saja gula yang dimakan semut itu.
Lalu Nabi Sulaiman Alaihas Salam bertanya pada semut,
"Wahai semut, mengapa hanya separuh saja gula yang engkau makan dalam setahun???."
Lalu semut menjawab,
"Wahai Nabi Sulaiman, jika diluar botol ini, aku yakin Allah Ta'ala akan memberikan rezeki yang cukup kepadaku untuk hidup, namun setelah engkau mengurung ku didalam botol ini, aku tidak yakin pada manusia yang akan memberiku rezeki yang cukup, aku takut engkau terlupa untuk membuka tudung botol itu setelah setahun, oleh karena itu aku harus berpikir cermat untuk hidup setahun didalam botol ini dengan gula sebutir."

Begitulah kisah seekor semut yang cukup yakin dengan rezeki Allah Ta'ala kepadanya.
Bagaimana mungkin manusia seperti semut.
Kita yang diberikan nikmat Islam dan iman oleh Allah Ta'ala tidak yakin dengan rezeki Allah Ta'ala ??? Maka kita lebih buruk dari seekor semut.
Yakinlah bahwa rezeki itu milik Allah Ta'ala,
Bukan milik Raja,
Bukan Kerajaan,
Bukan milik syarikat,
Bukan milik Boss,
Mereka semua perantara AllahTa'ala,
Akan tetapi MUTLAK MILIK ALLAH Ta'ala.
Allah Ta'ala telah menjamin rezeki bagi seluruh makhlukNya,
termasuk manusia. Dalam al-Quran Allah berfirman :



وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud 6)

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ رُوحَ القُدُسِ نَفَثَ فيِ رَوْعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا 

وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فيِ الطَّلَبِ 

وَلاَ يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمْ اِسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ لاَ يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِه

“Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) telah meniupkan wahyu ke dalam hatiku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan ajalnya dan mengambil seluruh rezekinya.
Maka bertakwalah kepada Allah, dan carilah rezeki dengan baik.
Dan jangan sampai anggapanmu akan lambatnya rezeki mendorongmu untuk mencarinya dengan maksiat kepada Allah.
Karena sesungguhnya apa yang di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan menaatiNya.”
(Riwayat Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, Lihat Shahihul Jami’ no. 2085)

~Semoga Bermanfaat~